Article ini terbit karena banyaknya pandangan negatif yang terjadi seputar eksekusi mereka. Kalaulah pandangan ini keluar dari orang-orang kafir, munafik, liberalis, sekuleris, hedonis dan orang-orang yang phobia terhadap Islam masihlah bisa dimaklumi. Atau mungkin keluar dari para korban yang terkena dampak aksi mereka secara langsung, maka hal ini aku bisa ikhlaskan.
Tapi…
Kenapa harus keluar dari orang-orang yang mengaku dirinya muslim. Bukankah setiap muslim bersaudara? Tidakkah ada sedikit empati kalian terhadap saudara muslimnya yang lain? Apalagi sampai menerbitkan article atau buku yang kemudian dipublish dan dibaca banyak orang! Apakah kalian hanya membaca tanpa memahami artinya? Apakah karena ketaklidan kalian? Apakah karena kebodohan kalian? Apakah karena telah begitu dahsyatnya ghozwul fikri mereka terhadap kalian sehingga kalian tidak menyadarinya? Kemanakah hatimu wahai saudaraku?….
Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam telah bersabda,
“Janganlah kalian saling mendengki, janganlah saling mencurangi, janganlah saling membenci, janganlah saling membelakangi dan janganlah sebagian kalian menjual atas penjualan sebagian yang lainnya. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara! Seorang muslim adalah bersaudara, janganlah mendhaliminya, merendahkannya dan janganlah mengejeknya! Takwa ada di sini -beliau menunjuk ke dadanya tiga kali-. Cukup dikatakan jelek seorang muslim, jika ia menghinakan saudaranya muslim. Setiap muslim atas muslim lainnya haram darahnya, harta dan kehormatannya.” (HR. Muslim)
Saudaraku… Syahid adalah perkara ghaib yang hanya menjadi hak Allah untuk menggelarinya. Tetapi sebagai sesama muslim berhusnuzhan dan mengharapkan kebaikan dan kesyahidan atas saudaranya adalah sebuah keutamaan.
Baik… saya akan bersikap adil. Tetapi apakah sikap adil saya akan sama dengan keadilan Yang Maha Adil? Jawabnya tentu tidak saudaraku. Apa yang menurut kita benar belum tentu menurut Allah Subhanahu wa Ta’ala benar dan sebaliknya apa yang menurut kita salah bisa jadi itu adalah hal yang paling diridhai-Nya. Wallahu musta’an.
Ya akhi…. Sebagai manusia yang penuh dengan kekurangan, saya melihat apa yang Aa dan mas-masku lakukan ini salah. Salah karena (sekali lagi) menurut pandanganku, mereka telah salah sasaran, salah tempat, salah waktu, salah situasi dan kondisi dan sebagainya. Tetapi tidakkah kalian bisa berhusnuzhan bahwa niat mereka suci dan ikhlas karena Allah? Siapakah yang bisa membaca apa yang ada di dalam hati manusia termasuk hati mereka?
Lantas….
Mengapa kalian tidak bisa berempati dan husnuzhan kepada saudara muslimnya sendiri meski itu Cuma sedikit…..? Oke… perbedaan pendapat mengenai kesyahidan mereka saya anggap selesai. Masing-masing berhak untuk berbicara. Dan saya tidak mempermasalahkan itu.
Tetapi yang tidak bisa saya terima adalah ketika ketidaksetujuan itu dilontarkan oleh seorang muslim (entahlah kalau hanya ngaku-ngaku muslim saja) dengan tuduhan-tuduhan sadish tak mutu. Khariji!! Sesat!!! Terorist!!! Dan tuduhan-tuduhan lainnya.
Tidakkah kalian bisa mengambil pelajaran dan melihat solidaritas umat Katolik ketika mereka mati-matian membela Tibo Cs agar tidak dieksekusi mati? Tidakkah kalian berpikir ada keganjilan-keganjilan yang begitu nyata terjadi atas tragedi Bom Bali itu? Tidak bisakah kalian berhusnuzhan bahwa mungkin saja mereka hanya kambing hitam yang ditumbalkan? Wallahu musta’an.
Kalaulah kemungkinan-kemungkinan di atas tidak juga mampu meluruhkan hati kalian. Mudah-mudahan yang berikut ini bisa sedikit membantu….
Allah Subhanahu WaTa’ala berfirman,
“… Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhan-nya. (QS. Al-Kahfi:110)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali ‘Imran:102)
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
(QS. al-Bayyinah : 5)
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu,‘Jika kamu mempersekutukan Allah, niscaya akan hapus amal-amal dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” ( QS. Az-Zumar : 65 )
Imam Ibnu Katsir rahimahullah di dalam tarsiirnya (QS. Al-Kahfi :110) berkata, “Inilah dua rukun amal yang diterima di sisi Allah Subhanahu WaTa’ala, yaitu dilakukan dengan ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan sesuai dengan syariat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasalam.” Hal ini juga diungkapkan oleh al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah dan yang lainnya.
Mengenai apakah telah sesuai syariat, saya telah jelaskan sedikit di atas dan memberikan kesimpulan menurut pandangan saya bahwa apa yang mereka lakukan tidak sesuai syariat (wallahu musta’an). Tapi seandainya pun hal itu benar (wallahu a’lam) apakah tidak bisa kita lihat hujjah dalil-dalil yang telah saya sebutkan di atas :
“… Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran : 102)
Tanggapan : Apakah Aa dan mas-mas ku ini diragukan keislamannya? Apakah mereka kafir? Jangan menjustifikasi mereka dengan Khawarij karena bisa jadi kalian sendirilah yang khawarij.
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus,( QS. al-Bayyinah : 5)
Dan
‘Jika kamu mempersekutukan Allah, niscaya akan hapus amal-amal dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.( QS. Az-Zumar : 65 )
Tanggapan : Apakah ada yang bisa jamin bahwa beliau-beliau menyembah Tuhan lain selain Allah? Misalnya Yesus! Batu! Pohon! Dan lain-lain? Apakah kalian berani bersaksi bahwa mereka pernah bersaksi ada ilah yang lain selain Allah?
Kalau jawabannya tidak bisa menjamin, mengapa kalian tidak bisa sedikitpun berhusnuzhan kepada mereka?
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang memohon kepada Allah terbunuh karena (berjuang) di jalan-Nya dengan tulus dari dalam hatinya, makaAllah akan memberikan pahala orang yang mati syahid kepadanya, walaupun dia mati di atas tempat tidurnya.” (HR. At-Tirmidzi, an-Nasa-I, Ibnu Majah dan yang lainnya. Hadits ini juga terdapat dalam Shahiihul Jaami’ no. 6153)
Tanggapan : Apakah ada yang bisa menjamin bahwa Aa dan mas-masku ini tidak tulus di dalam hatinya dalam berjuang menurut ijtihad mereka padahal kita saksikan sendiri di media-media mereka selalu istiqamah memohon kepada Allah menyatakan ‘ingin mati syahid di medan jihad’ meski konsekuensinya, mereka tahu akan di eksekusi. Dan realitanya mereka mati di tangan eksekutor (bukan medan jihad).
Medan-medan jihad seperti Afganistan, Ambon dan Moro Filipina pernah mereka datangi untuk mencari syahid! Subhanallah! Mereka telah membuktikan keimanan mereka dengan praktek tidak hanya teori seperti kita-kita ini. Yang Cuma bisa kritik, menyesalkan, menghina dan menghujat mereka. Sungguh naif karena perbandingan mereka dengan kita sangatlah jauh.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda, “Siapa saja yang berperang agar kalimat Allah menjadi yang paling tinggi, maka dia berada di jalan Allah Azza wa Jalla.”(Muttafaq’alaihi)
Tanggapan : Ijtihad mereka (yang menurut kita salah-wallahu a’lam) selalu mereka katakan di media-media adalah agar kalimat Allah menjadi yang paling tinggi. Realita atau faktanya bisa kalian lihat sendiri di dalam wasiat mereka.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Tidak ada satu lukapun yang terluka karena berjuang di jalan Allah, kecuali dia akan datang pada hari kiamat sedangkan lukanya berwarna merah darah dan wanginya bagaikan wangi misik.”(HR. Al-Bukhari)
Tanggapan : Realita yang kita saksikan (meski saya sendiri belum yakin bahwa ini benar tanda-tandanya) mengatakan bahwa dari tubuh mereka keluar wangi khas yang membuat orang yang menghadiri pemakaman mereka menjadi haru dan dipenuhi takbir.
Salah satu pelayat yang kebetulan ikut hadir di kediaman Hj. Tariyem adalah Ust. Abdul Rachim Ba’asyir. Menyaksikan bahwa ketika keranda jenasah masuk dan kain penutup keranda dibuka, sontak tercium bau wangi yang menyebar ke seluruh ruangan. Kejadian ini sempat membuat keheranan para pelayat, karena didalam ruangan yang sempit tersebut udara sangat pengap dan pengunjung berjubel dalam satu ruangan. Bila merupakan wangi dari minyak wangi, tak akan mampu mengalahkan bau badan para pengunjung dan tidak akan dapat memberikan aroma dengan kadar wangi yang sama.” Allahu Akbar. Itu bukan bau minyak wangi. Bukan. Tapi bau wangi dari asy syahid,” kata beliau.
Dan juga seperti penuturan adik kandung Imam Samudera, Lulu Jamaludin, kakaknya menampakkan keanehan ketika akan dimasukkan dalam liang lahat. Bau wangi juga tercium dari jenasah Imam. Selain itu luka bekas tembakan peluru tajam terus menerus mengalirkan darah segar. Aliran darah ini keluar seperti yang terjadi dengan seseorang yang masih hidup ketika terluka. Masih menurut Lulu juga, wajah kakaknya lebih bersih dan tampan dari biasanya.
Kabar terakhir baru saja diterima oleh salah satu kru muslimdaily.net. Beberapa hari yang lalu, tepatnya tiga hari setelah pemakaman Amrozi dan Ust. Mukhlas, keluarga Hj. Tariyem meminta beberapa orang untuk menjaga makam. Hal ini dilakukan untuk menghindari dan menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Beberapa diantara mereka yang ikut jaga adalah Sumarno, Baror, Rosyidin, Mashudi dan beberapa santri pondok Al Islam Tenggulun Lamongan. Mereka mengatakan mencium bau wangi keluar dari dalam kubur (makam). Bau wangi yang sama saat mereka pertama kali membuka kain penutup jenasah syuhada. Namun, bau wangi ini bukan seperti bau dari minyak wangi yang biasa mereka pakai atau dipakai oleh orang kebanyakan.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang bertaubat kepada Allah sebelum ruhnya sampai tenggorokan maka Allah akan menerima taubatnya.” (HR. Ahmad di dalam musnadnya, at-Tirmidzi dan yang lainnya, juga di dalam Shahiihul Jaami’ no. 6008)
Tanggapan : Saudaraku, Aa dan mas-mas ku ini Imam Samudra, Amrozi dan Mukhlas sangat tahu bahwa mereka akan dieksekusi. Apakah ada orang yang meskipun telah tahu akan mati kemudian mereka santai-santai saja dan tidak peduli. Saya pikir Cuma orang bodoh yang tidak mau bertaubat setelah jadwal eksekusi telah ditetapkan.
Realita yang terjadi, mereka begitu taat dalam menjalankan ibadahnya, dan wallahu a’lam saya juga menyakini bahwa mereka selalu memohon ampun kepada Allah atas kesalahan mereka (yang ini adalah urusan mereka kepada Allah). Hal ini bisa dibuktikan dengan permintaan maaf mereka kepada para korban di berbagai media. Bukankah ini salah satu syarat taubat atas kesalahan yang dilakukan terhadap manusia?
Hadist Muttafaq ‘Alaihi yang sangat begitu kita kenal tentang seseorang yang membunuh 100 jiwa, kemudian dengan niat ikhlasnya untuk bertaubat dia hijrah dan mati di tengah perjalanan sehingga Malaikat Rahmat dan Malaikat Azhab saling berdebat untuk mencabut nyawanya. Tapi karena niat ikhlas tersebut akhirnya dengan ijin Allah, Malaikat Rahmat lebih berhak mencabut nyawanya.
Tanggapan : Realita yang terjadi (wallahu a’lam), ketaatan dan keshalihan mereka terlihat di depan mata (secara dzahir). Apakah tidak mungkin Malaikat Rahmat yang membawa mereka ditandai dengan (wallahu a’lam) hadirnya tiga ekor burung hijau dan wajah mereka yang putih bersih dengan senyum dan mata yang tidak melotot (tanpa ada wajah ketakutan sedikitpun). Bukankah tanda-tanda orang yang mati su’ul khatimah sebagiannya mukanya gosong, matanya terbelalak dan keanehan-keanehan lainnya yang membuat orang takut. Sementara mereka, sebagian besar justru menjadi memujanya, dan bersedih atas kematian mereka?
Dari Ibnu masud.ra. bahwa murid beliau menanyakan tentang tafsiran ayat Jangan kalian mengira bahwa orang terbunuh dijalan Alloh adalah mati. Namun mereka tetap hidup disisi Tuhan mereka dan berlimpah rizqi(Qs.Ali imran:169). Lalu beliau menjawab, bahwa Rosululloh.saw. telah bersabda: ”Roh-roh para syuhada berada dalam perut-perut burung hijau, memiliki sarang yang bergelatungan dibawah Arsy. Mereka berputar didalam syurga sekehendak burung-burung tersebut, lalu kembali sarangnya. Lantas Robb mereka(Alloh.swt) melihat sembari menawarkan: adakah kalian menginginkan sesuatu (nikmat lain)?, mereka menjawab: apalagi yang kami inginkan, sedang kami bebas berkeliling didalam syurga?. Lalu Alloh.swt. mengulangnya 3kali, dan merekapun menjawab dengan jawaban serupa.dan ketika mereka putus asa untuk lepas dari pertanyaan Alloh, maka mereka menjawab: Wahai Tuhan kami, kami ingin agar Enkau berkenan mengembalikan arwah kami dalam jasad kami, agar kami terbunuh dijalanMu sekali lagi. Saat Alloh tidak mendapati dari mereka sesuatu yang dibutuhkan, maka Ia membiarkan mereka.” (HR Muslim)
Atau hadits yang lain, “Sesungguhnya arwah para syuhada itu dalam perut burung hijau yang memiliki pelita-pelita yang bergantungan di ‘Arsy, mereka dilepaskan dalam surga ke mana mereka suka.” (HR. At-Tirmdzi, Ahmad dan Ad-Darimi)
Sebagaimana dilansir oleh beberapa media nasional, seperti detik.com, nampak jelas terlihat fenomena datangnya tiga burung hitam di atas kediaman syuhada. Ketiga burung ini jelas bukan burung Gagak seperti yang banyak diberitakan di media, karena memiliki leher yang panjang. Mereka datang begitu saja berputar-putar selama kurang lebih tujuh menit, dan kemudian pergi berpencar. Dua burung hitam terbang ke arah Timur, mereka merepresentasikan diterimanya amalan jihad Ust Mukhlas dan Amrozi, dan satu burung hitam terbang ke Barat, sebagai pertanda syahid atas diri ‘Mujahid Hacker’ Imam Samudera. Fenomena datangnya burung hitam ini sempat membuat suasana haru dengan teriakan takbir para pelayat.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Istighfar yang paling utama adalah jika seorang hamba mengucapkan, ‘Ya Allah, Engkau adalah Rabb-ku, tidak ada Rabb yang berhak untuk diibadahi kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakanku, aku adalah hamba-mu, aku akan setia pada perjanjianku kepada-Mu semampuku, aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang aku perbuat, aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu ampunilah aku, sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau. Barangsiapa mengucapkannya di pagi hari dengan yakin, lalu ia meninggal pada hari itu sebelum masuk waktu sore, maka ia termasuk penghuni surga, dan barnagsiapa mengucapkannya di waktu petang dengan yakin kemudian ia meninggal sebelum masuk waktu pagi, maka dia termasuk dari penghuni Surga.’” (HR. Bukhari)
Tanggapan : Apakah setelah tahu bahwa mereka akan dieksekusi, kemudian mereka tidak bersungguh-sungguh dalam beristighfar (memohon ampun) kepada Allah padahal mereka adalah orang-orang yang tahu akan dalil ini. Saya pikir hanya orang bodoh dan buta agama yang tidak akan melakukannya. Wallahu musta’an.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Jika engkau membenarkan Allah, maka Allah akan membenarkanmu.” (HR. An-Nasa’I dan al-Hakim di dalam Mustadrak, hadist ini juga terdapa di dalam Shahiihul Jaami’ no. 1428)
Tanggapan : Apakah ada yang bisa menjamin bahwa Amrozi Cs tidak membenarkan Allah padahal realita media yang kita saksikan mengatakan demikian?
Dan hujjah dalil-dalil lainnya yang tidak bisa saya sebutkan seluruhnya.
Hai muslim saudaraku seiman… mudah-mudahan yang sedikit ini bisa meluluhkan hatimu agar sedikit mau bersimpati dan selalu berusaha untuk berhusnuzhan terhadap saudara muslimnya yang lain. Meski mungkin berbeda jama’ah.
Janganlah kalian menjadi radikal. Bersabarlah. Berjihadlah dengan cara yang cerdas. Semakin mudah kita terprovokasi maka mereka para kufar, munafiqun dan antek-anteknya akan semakin senang dan berbahagia akan kemarahan kita. Karena itulah yang mereka harapkan terjadi kepada kita. Sehingga predikat-predikat ekstrim, bengis, suka kekerasan, bar-bar yang sengaja mereka skenariokan seolah-olah menjadi terbukti.
Imam Ibnu Bazz dalam Majmu’ Fatawanya berkata, “Zaman ini adalah zaman kelembutan, kesabaran dan hikmah, bukanlah zaman kekerasan (kebengisan). Mayoritas manusia saat ini dalam keadaan jahil (bodoh), lalai dan lebih mementingkan duniawiyah. Maka haruslah sabar dan lemah lembut sampai dakwah ini tersampaikan dan sampai mereka mengetahuinya. Kami mohon petunjuk kepada Alloh untuk semuanya.”
Untuk saudara-saudaraku seiman. Apa yang aku lakukan bukanlah untuk memaksa kalian setuju dengan aku. Begitu juga pemajangan ketiga foto-foto beliau bukanlah agar kalian memuja mereka. Waliyadzubillah, hanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala lah yang wajib kalian puja dan muliakan, aku memohon ampun kepada-Nya jika ini salah. Ini hanya untuk memperkuat kehusnuzhanan aku. Karena itulah yang aku harapkan dari kalian. Husnuzhan terhadap saudaranya seiman apalagi mereka telah wafat.
Terakhir, ya Rabb saksikanlah… Aku sungguh bangga terhadap mereka dan sangat berharap Engkau menerima taubat dan seluruh amal ibadah mereka. Mereka telah membuktikan keimanan mereka kepada Engkau. Jadikanlah kuburnya sebagai taman surga dan Engkau ridhai mereka dengan syahid di jalan-Mu. Amin.
Wallahu a’lam bishawab.